1. The Raid
Dunia perfilman Indonesia pada tahun 2012 menghebohkan dunia lewat film
the Raid, penayangan perdana di hollywood mendapat sambutan luar biasa
dari insan perfilman, bahkan tidak hanya di amerika film tersebut
mendapat apresiasi tinggi, di Kanada, Australia yang juga menjadi negara
tempat penayangan perdana secara serempak selalu disesaki penonton.
Sebelum beredar di bioskop, ‘the Raid’ yang diproduksi tahun 2011 telah
mendulang beragam penghargaan bergengsi di kancah perfilman
internasional, seperti Cadillacs People’s Choice Award,di Toronto
international film festival 2011, dan the Best Film sekaligus Audience
Award di Jameson Dublin International Film Festival 2012. ‘The Raid’
juga ikut serta dalam festival film Sundance 2012, dan menjadi salah
satu karya yang paling disukai panitia Sundance.
2. Modus Anomali
Film yang diproduksi oleh Lifelike Pictures ini diproduseri Sheila
Timothy dan dinilsi berhasil karena mendapat apresiasi positif di
berbagai kancah film dunia. Setelah melakukan world premiere di festival
film terbesar kedua di Amerika Serikat yakni South By Southwest (SXSW)
2012, di Austin, Texas pada 9-17 Maret 2012 lalu, film besutan sutradara
Joko Anwar ini mendapat sorotan luas.
Film ini juga terpilih ditayangkan pada “Midnighters”, sebuah seksi acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan pada tengah malam. Film yang dibintangi Rio Dewanto ini juga mendapat tanggapan positif dari para kritikus dan blogger film di Amerika.
Modus anomali sempat pula meraih sejumlah penghargaan, antara lain Bucheon Award di Korea Selatan. Setelah menyabet penghargaan bergengsi ini, beberapa investor film mancanegara dikabarkan menyatakan ketertarikan mereka untuk dilibatkan dalam proses produksinya.
Film Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris ini memang ditargetkan untuk pasar luar negeri. Film thriller ini bercerita tentang seorang lelaki yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat sedang berlibur di sebuah hutan. Di hutan itu, dia harus berjuang menghindari kejaran seorang pembunuh misterius.
Film ini juga terpilih ditayangkan pada “Midnighters”, sebuah seksi acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan pada tengah malam. Film yang dibintangi Rio Dewanto ini juga mendapat tanggapan positif dari para kritikus dan blogger film di Amerika.
Modus anomali sempat pula meraih sejumlah penghargaan, antara lain Bucheon Award di Korea Selatan. Setelah menyabet penghargaan bergengsi ini, beberapa investor film mancanegara dikabarkan menyatakan ketertarikan mereka untuk dilibatkan dalam proses produksinya.
Film Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris ini memang ditargetkan untuk pasar luar negeri. Film thriller ini bercerita tentang seorang lelaki yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat sedang berlibur di sebuah hutan. Di hutan itu, dia harus berjuang menghindari kejaran seorang pembunuh misterius.
Film Indonesia yang juga mendapat sambutan hangat di negara lain, adalah
The Witness, film bergenre thriller. Film yang disutradarai Muhammad
Yusuf ini sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret lalu. Untuk pertama
kalinya film Indonesia dapat tayang secara komersil di sana, tidak
sebatas sebagai pengisi di festival film saja.
Sebelum ditayangkan untuk umum, Cinema Evaluation Board (CEB), sebuah badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk The Witness. Tak cuma itu, sejumlah media Filipina bahkan berpendapat sineas-sineas Filipino harus belajar membuat film dari Indonesia.
Tak hanya di Filipina, menurut produser Sarjono Sutrisno, The Witness juga akan diputar di sejumlah negara Asia. “Rencananya Juni akan tayang di Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Dubai. Kami mau kuatkan dulu di Asia,” ujarnya.
Film untuk 18 tahun ke atas ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan senjatanya sendiri ke mulut. Film ini akan mulai diputar di bioskop Tanah Air pada 26 April 2012 mendatang.
Sebelum ditayangkan untuk umum, Cinema Evaluation Board (CEB), sebuah badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk The Witness. Tak cuma itu, sejumlah media Filipina bahkan berpendapat sineas-sineas Filipino harus belajar membuat film dari Indonesia.
Tak hanya di Filipina, menurut produser Sarjono Sutrisno, The Witness juga akan diputar di sejumlah negara Asia. “Rencananya Juni akan tayang di Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Dubai. Kami mau kuatkan dulu di Asia,” ujarnya.
Film untuk 18 tahun ke atas ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan senjatanya sendiri ke mulut. Film ini akan mulai diputar di bioskop Tanah Air pada 26 April 2012 mendatang.
Lovely Man merupakan film Indonesia yang masuk nominasi Osaka Asian Film
Festival, Jepang bersama film Indonesia lainnya yang berjudul Langit
Biru. Fajar.co.id menulis bahwa terpilihnya dua film dari Indonesia ini
merupakan hal yang istimewa karena setiap tahun Festival Film di Osaka
hanya memilih satu film dari masing-masing negara peserta. Menurut
panitia, kedua film ini dinilai layak masuk kualifikasi karena kualitas
dan keunikannya. Pada ajang tersebut akhirnya Lovely Man berhasil meraih
penghargaan Best Actor untuk Donny Damara
Film Lovely Man sempat diputar di bioskop Cine Nouveau. Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun mampu menyedot cukup banyak penonton di Jepang yang tertarik dengan film-film Asia berkualitas. Di dalam negeri sendiri, film ini meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik yakni Donny Damara pada ajang Indonesian Movie Award (IMA) 2012.
Film ini pada dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang sudah lama tidak saling bertemu. Dalam film ini disajikan sosok anak yang santun, berjilbab dan seorang lulusan pesantren, yang akhirnya bertemu dengan sang ayah yang bergulat dengan hidup yang keras sebagai waria di Ibukota Jakarta. Salah seorang penonton Jepang berkomentar, “Film Indonesia lebih mudah dipahami dalam menyampaikan pesannya, dibandingkan film Jepang yang selalu cenderung rumit
Sementara itu, film musikal anak-anak Langit Biru diputar di Umeda Garden Cinema. Dalam film tersebut, sang sutradara, Lasja F. Susatyo, menggambarkan problema sehari-hari pada anak-anak di Jakarta dan cara mereka mengatasi masalah mereka sendiri. Salah satu tema yang diusung adalah soal perbedaan dan sikap saling menghargai perbedaan tersebut.
Film Lovely Man sempat diputar di bioskop Cine Nouveau. Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun mampu menyedot cukup banyak penonton di Jepang yang tertarik dengan film-film Asia berkualitas. Di dalam negeri sendiri, film ini meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik yakni Donny Damara pada ajang Indonesian Movie Award (IMA) 2012.
Film ini pada dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang sudah lama tidak saling bertemu. Dalam film ini disajikan sosok anak yang santun, berjilbab dan seorang lulusan pesantren, yang akhirnya bertemu dengan sang ayah yang bergulat dengan hidup yang keras sebagai waria di Ibukota Jakarta. Salah seorang penonton Jepang berkomentar, “Film Indonesia lebih mudah dipahami dalam menyampaikan pesannya, dibandingkan film Jepang yang selalu cenderung rumit
Sementara itu, film musikal anak-anak Langit Biru diputar di Umeda Garden Cinema. Dalam film tersebut, sang sutradara, Lasja F. Susatyo, menggambarkan problema sehari-hari pada anak-anak di Jakarta dan cara mereka mengatasi masalah mereka sendiri. Salah satu tema yang diusung adalah soal perbedaan dan sikap saling menghargai perbedaan tersebut.
5. Pintu Terlarang
Gebrakan pada dunia film internasional dilakukan film
Indonesia lainnya yakni, pintu terlarang. Sebenarnya film bergenre
horor yang dibintangi aktor Fachri Albar ini kurang mendapat apresiasi
di Indonesia. Namun film yang dirilis pada tahun 2009 tersebut cukup
menerima penghargaan di internasional.
Bahkan ‘Pintu Terlarang’ terpilih dan diputar pada ajang
Intenational Film Festival Rotterdam ke 38 pada 21 Januari hingga 1
februari 2009 silam, dan penghargaan cukup membanggakan diraih di
Fantastic Film Festival.
Dalam festival yang digelar di Korea Selatan
16 hingga 26 Juli tersebut, ‘Pintu Terlarang’ mendapat penghargaan Best
of Puchon atau salah satu kategori film terbaik.
Selain Fachri Albar, film ini melibatkan artis ternama
lainnya seperti Marsha Timothy, Ario Bayu, Tio Pakusadewo, dan Henidar
Amroe, cerita film ini diadapasi dari novel berjudul sama, karya Sekar
Ayu Asmara.
6. Daun di Atas Bantal
Film yang kurang diminati di negeri sendiri tapi mendapat apresiasi
tinggi di luar negeri juga diterima film daun di atas bantal. Film karya
sutradara Garin Nugroho yang diproduksi tahun 1998 ini sempat terhenti
pembuatannya akibat krisis ekonomi yang melanda indonesia pada 1987
silam.
Film yang di produksi oleh Christine Hakim tersebut akhirnya diselesaikan di Australia. Film yang mengisahkan seorang ibu dengan tiga anak jalanan itu selesai berkat adanya bantuan dari pihak ketiga, seperti Hubert Bals Fund, NHK, dan lainnya.
Walaupun penggarapannya sempat terhenti, namun film tersebut dianggap memiliki kualitas sebagai film festival secara penggarapan. Terbukti dengan beberapa penghargaan intenasional yang diraih daun di atas bantal.
Pada ajang asia Pacific Film Festival pada tahun 1998, ‘Daun di Atas Bantal’ dinobatkan sebagai film terbaik,dan Christine Hakim sebagai aktris terbaik. Menjadi unggulan dalam kategori Silver Screen Award Best Asian Feature film pada Singapore International Film Festival pada 1999. Sementara sutradara Garin Nugroho memperoleh Special Jury Prize pada Tokyo International Film festival 1998.
Film yang di produksi oleh Christine Hakim tersebut akhirnya diselesaikan di Australia. Film yang mengisahkan seorang ibu dengan tiga anak jalanan itu selesai berkat adanya bantuan dari pihak ketiga, seperti Hubert Bals Fund, NHK, dan lainnya.
Walaupun penggarapannya sempat terhenti, namun film tersebut dianggap memiliki kualitas sebagai film festival secara penggarapan. Terbukti dengan beberapa penghargaan intenasional yang diraih daun di atas bantal.
Pada ajang asia Pacific Film Festival pada tahun 1998, ‘Daun di Atas Bantal’ dinobatkan sebagai film terbaik,dan Christine Hakim sebagai aktris terbaik. Menjadi unggulan dalam kategori Silver Screen Award Best Asian Feature film pada Singapore International Film Festival pada 1999. Sementara sutradara Garin Nugroho memperoleh Special Jury Prize pada Tokyo International Film festival 1998.
7. Laskar Pelangi
Film Indonesia lainnya yang mendapat banyak penghargaan internasional
yakni Laskar Pelangi. Film yang diadopsi dari novel laris karya Andrea
Hirata dengan judul yang sama juga menjadi salah satu film yang diputar
pada festival film international fukuoka 2009 di Jepang.
film yang disutradarai Riri Riza itu juga diputar di barcelona asian film festival 2009 di spanyol,singapore international film festival 2009, 11th Udine Far East Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009 di Amerika Serikat.
Bahkan studio film di negara seperti, Namibia, Spanyol, Italia, Hongkong, Singapura, Jerman, Amerika, Australia, dan Portugal beramai-ramai menayangkan film tentang mimpi 10 anak di desa terpencil dalam mengenyam pendidikan tersebut.
Setelah rilis pada tahun 2008, ‘Laskar Pelangi’ meraih penghargaan the Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of Film for Children dan Young Adults di Hamedan, Iran. Menjadi nominasi film terbaik di Berlin International Film Festival 2009, serta editor terbaik asian film 2009 di Hongkong.
film yang disutradarai Riri Riza itu juga diputar di barcelona asian film festival 2009 di spanyol,singapore international film festival 2009, 11th Udine Far East Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009 di Amerika Serikat.
Bahkan studio film di negara seperti, Namibia, Spanyol, Italia, Hongkong, Singapura, Jerman, Amerika, Australia, dan Portugal beramai-ramai menayangkan film tentang mimpi 10 anak di desa terpencil dalam mengenyam pendidikan tersebut.
Setelah rilis pada tahun 2008, ‘Laskar Pelangi’ meraih penghargaan the Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of Film for Children dan Young Adults di Hamedan, Iran. Menjadi nominasi film terbaik di Berlin International Film Festival 2009, serta editor terbaik asian film 2009 di Hongkong.
Sumber: Ini diaIni dia narasumbernya
Honorable Mentions
BalasHapus----The Raid 2
----Pasir Berbisik
Wah emang bagus tuh filmnya, mad dog the most GREGET :v
BalasHapusaku belum nonton the raid -_-
BalasHapusbagus, keren, pokok ane suka
BalasHapusthe witness, the lovely man, sama pintu terlarang kayaknya bagus deh. jadi penge liat
BalasHapusTerima kasih yang sudah pada komentar di atas. Yang belum nonton, ayo pada nonton
BalasHapusBanyak yang belum tak liat u.u
BalasHapuslovely man, hahaa :D
BalasHapus